Sabtu, 29 Oktober 2011

Allah Itu Ada

Kata Karl Marx, bapak komunisme, sebenarnya tuhan tidak menciptakan manusia, tapi manusialah yang menciptakan tuhan. Ia adalah khayalan manusia, kata Karl Marx. Sebegitu hebatnya khayalan manusia, akhirnya manusia menjadi percaya bahwa tuhan itu ada. Demikian ringkasnya pendapat Marx tentang manusia dan tuhan.
            Kalau demikian, dalam pikiran Karl Marx, tuhan itu tidak ada bedanya dengan Superman, Spiderman bahkan bisa jadi Dora Emon. Jagoan-jagoan dunia khayal yang sudah seolah-olah nyata. Buktinya ada kan orang yang begitu terkesannya sama si manusia Krypton sampai akhirnya menjadikannya sebagai idola (bayangkan, tokoh kartun jadi idola!). Sama juga dengan sejumlah remaja putri seumurmu yang memimpikan jadi pacarnya Dao Ming She, satu lakon di serial Meteor Garden. Padahal si kasep berambut shaggy ini kan fiktif. Cuma khayalan.
            Nggak usahlah kita membahas Marxisme yang njlimet itu sehingga membuat orang pusing (malah dengan kurang ajar Marx bilang kalau agama itu adalah candu), yang sebenarnya jauh dari kebenaran. Tapi yang memprihatinkan saya dan kita semua adalah di zaman milenium ini, nggak sedikit remaja yang makin tidak peduli apakah tuhan itu ada atau tidak. Malah ada juga yang dengan bangga bilang, “I don’t believe in God. I am atheist.” Na’udzubillahi min dzalik.
            Memang benar Tuhan atau yang kita sebut Allah, adalah Zat yang nggak keliatan oleh mata kita, nggak terdengar gerakannya atau suaranya oleh telinga kita, dan tidak teraba ZatNya oleh kulit kita. But, karena tidak terindera, bukan berarti Ia itu tidak ada, apalagi kalau lantas kita bilang Ia adalah khayalan (Mahasuci Allah dari segala yang manusia sifatkan padaNya). Soalnya, untuk mengenal dan mengetahui sesuatu itu ada nggak selamanya kita harus mengindera secara langsung. Banyak bukti untuk itu.
Kawan, untuk mengetahui dan percaya bahwa gravitasi bumi itu ada nggak mesti kan kita melihat dan meraba ‘zat’nya? Cukup dengan melihat setiap benda jatuh ke bawah setiap orang pasti percaya kalau gaya tarik bumi itu ada. Begitu pula untuk percaya bahwa kita kena virus flu tidak mesti kita melihat bentuknya, cukuplah dengan merasakan badan kita demam, kepala pusing, hidung berlendir, dan kita mulai batuk-batuk.
Untuk percaya bahwa Sang Maha Pencipta itu ada, juga nggak mesti kita mengindera ZatNya. Karena Allah SWT. telah memberikan berbagai macam bukti bahwa Ia itu eksis, ada, yaitu lewat mahluk ciptaanNya.
Kalau ada yang diciptakan (mahluk) pastinya ada yang menciptakannya (Al Khaliq). Sederhana, bukan?
Ya, perhatikanlah dengan seksama sekeliling kita, maka kita nggak bakalan bisa membantah kalau Allah itu ada. Apalagi seluruh benda yang ada di alam semesta ini – termasuk kita, manusia – memiliki kesempurnaan dan keteraturan yang luar biasa. Albert Einstein, fisikawan terkemuka sampai mengatakan, “Tuhan tidak bermain-main dengan alam semesta.” Dalam Al Qur’an Allah SWT. berfirman:

أَفَلَا يَنْظُرُونَ إِلَى الْإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ


“Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan,”(TQS. Al Ghasiyyah [88]:17).

            Coba perhatikan, unta itu adalah hewan yang kuat berjalan bermil-mil. Unta memiliki kelasa atau punuk yang berisi air dan makanan, yang akan terkulai ke samping bila persediaan air dan makanan di dalamnya habis. Biasanya, sebelum perjalanan pemilik unta menyuruh hewan peliharaannya itu untuk meminum air sebanyak-banyaknya. Caranya, minuman tersebut dicampur garam sehingga begitu meminumnya akan terus merasa haus dan banyak minum. Volume air yang dapat diminum unta dapat mencapai 15 galon (kurang lebih 56 liter) air.
            Unta mempunyai tiga perut; perut samping, perut kelenjar pencerna dan perut penyerap. Pada dinding-dinding perut pertama dan kedua merupakan kantung-kantung penyimpan air dan pencerna makanan. Bila si penunggang unta kehabisan bekal air, unta akan disembelih untuk diambil simpanan air di kantungnya tersebut. Sedang perut ketiga menyerap hasil pengolahan makanan yang dicerna kedua perut lainnya. Subhanallah!


Allah SWT. juga berfirman:

وَفِي أَنْفُسِكُمْ أَفَلَا تُبْصِرُونَ


“Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tiada memperhatikan?”(TQS. Adz Dzariyat [51]:21).

لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ


“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.”(TQS. At Tiin [95]:4).

            Lihatlah manusia. Kita adalah ‘mesin bologis’ yang menakjubkan. Manusia itu hidup dengan jantung. Menurut ilmu kedokteran jantung manusia itu memompa darah 2.200 galon setiap harinya, berarti 8.030.000 galon dalam setahun. Padahal besarnya hanya segenggaman tangan dengan berat 225 dan 340 gram. Jantung kita juga berdenyut lebih dari 70 kali setiap menitnya atau 4200 kali perjam, 100.800 perhari dan 36.792.000 dalam setahun. Nah, apa ada pompa selain jantung yang dapat bekerja seberat itu dengan tanpa perawatan dan pergantian suku cadang? Subhanallah.
            Menurut ilmu kimia, garam yang setiap hari kita makan entah itu dalam sayur asem, rujak atau bakso, memiliki rumus NaCl (Natrium Chlorida). Apakah kamu tahu bahwa garam yang aman untuk dikonsumsi itu sebenarnya terdiri dari dua unsur yang mematikan. Logam Natrium adalah basa kuat yang bisa merusak kayu, kertas dan tangan kita. Bila direaksikan dengan air ia akan mengikat ion OH dari air menjadi NaOH (Natrium Hidroksida) yang merupakan basa kuat dan melepaskan gas H2 (hidrogen) yang mudah terbakar. Sedangkan klorida di alam bebas itu ada yang berupa gas klorida Cl2 yang dijamin bikin ampuh mencabut nyawa bila sampai mengisi paru-paru mahluk hidup.
Tapi kawan, dengan sangat ‘ajaib’ dua unsur yang mematikan itu bila bersenyawa malah jadi bahan penyedap makanan yang sering kamu bilang garam dapur. Sampai-sampai kamu bisa bilang, makan tanpa garam, mana enak?
Nah, pertanyaannya, apakah mungkin terbentuk berbagai macam kenikmatan hidup ini dan keteraturan alam semesta – seperti struktur unta si penjelajah gurun, jantung manusia dan garam dapur yang nikmat – tanpa ada yang menciptakannya dan merekayasanya? Pastinya alam semesta tidak bisa bekerja secara otomatis, seperti halnya badan kita nggak akan bisa bekerja tanpa komando dari akal. Dan siapa yang mampu menggerakkan seluruh alam semesta ini kalau bukan ‘sesuatu’ yang bernama Tuhan.
Jadi, Allah itu ada. Ia bukan kisah fiksi seperti Superman atau X-Men. Allah juga bukan mitos macam Hercules, Zeus atau dewa-dewa dari dunia pewayangan, apalagi kalau disejajarkan dengan Sun Go Kong kera sakti yang bisa mengacak-acak nirwana. Mahasuci Allah dari segala perkara yang mereka sifatkan padaNya.
Sobat, tidak susah mencari Allah, kekuasaanNya ada di mana-mana. Dengan sesuatu yang amat sederhana pun manusia yang sehat akalnya dan ikhlas hatinya dapat membuktikan kalau Allah itu ada. Untuk beriman padaNya tidak mesti menjadi seorang jenius seperti Einstein. Maka, tidak usah berpusing-pusing dengan ucapan Karl Marx yang nggak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya di dunia, apalagi di akhirat. Toh, tanpa perlu persetujuan gembong komunisme itu Allah sudah pasti ada, iya kan?

0 komentar

Posting Komentar